Ads 468x60px

Showing posts with label Keuangan. Show all posts
Showing posts with label Keuangan. Show all posts

Thursday, September 5, 2013

Mahasiswa Australia Makin Miskin



Foto: www.radioaustralia.net.au
Riset terbaru menunjukan dua pertiga mahasiswa Australia hidup di bawah garis kemiskinan dan kesulitan keuangan semakin meningkat.

Riset ini mendata lebih dari 12.000 responden mahasiswa  program sarjana dan pascasarjana di universitas-universitas di Australia.

21 persen responden mengaku memiliki pendapatan kurang dari $10,000, dan sebagian besar  yakni sekitar 40.3 persen berpendapatan $10,000 dan $19,000.

Sedangkan pendapatan tahunan rata-rata adalah $18.634 untuk mahasiswa program studi sarjana.
Laporan ini juga menemukan kalau 1 dari 5 mahasiswa kerap tidak makan, angka ini meningkat dari temuan tahun 2006 lalu yang hanya 1 dari 8 mahasiswa yang tidak makan.

Riset ini juga menemukan setengah dari mahasiswa yang disurvey mengaku mendapat dukungan keuangan dari keluarganya untuk bisa terus melanjutkan studi.

Sementara itu dua pertiga mahasiswa sarjana mengaku khawatir dengan situsai keuangan mereka. Kesulitan keuangan ini lebih besar dialami mahasiswa pribumi dibandingkan mahasiswa berlatar belakang sosial ekonomi rendah.

"Laporan ini jelas menunjukan kalau kesulitan keuangan dikalangan pelajar mahasiswa di Australia meningkat,” Kata Kepala Universitas Australia Belinda Robinson dalam pernyataannya.

"Dampak temuan ini terhadap tingkat berhenti kuliah atau DO maupun tingkat pendaftaran di universitas masih belum diketahui, namun yang pasti masalah ini tetap mendesak untuk dicermati." katanya.

Kepala Badan Pelayanan Sosial Australia (ACOSS), Cassandra Goldie, mengatakan pembayaran tunjangan anak-anak muda dari pemerintah saat ini tidak mencukupi lagi.

"Salah satu alasan utama terkait tunjangan bagi pemuda yang banyak diandalkan mahasiswa saat ini adalah besarannya hanya $29 per hari,” kata Dr Goldie.

"Seperti halnya pembayaran tunjangan bagi pengangguran,  besaran tunjangan itu sudah lebih dari dua dekade tidak mengalami peningkatan. Jadi jelas saja tunjangan itu sudah tidak cukup lagi,” tegasnya.
"Kita mendesak agar pemerintah menaikan tunjangan untuk mahasiswa ini.” ucap Goldie.

Sistem rusak

Dr. Goldie mengatakan sistem pendidikan di Australia dirancang untuk mahasiswa yang tinggal di rumah dan dibiayai oleh orang tua atau penjaminnya. Dan ini tidak mencerminkan kondisi kebanyakan mahasiswa atau pelajar di Australia saat ini.

"Jika dua pertiga dari mahasiswa hidup dibawah garis kemiskinan, maka bisa dipastikan sistem pendidikanya tidak benar,” katanya.

"Kita perlu sistem pendidikan yang dewasa yang memungkinkan mahasiswa bisa mendapat pendidikan yang lebih baik dan tidak perlu hidup miskin untuk menjalani pendidikan  seperti sekarang ini.”

Serikat Mahasiswa sebelumnya mendesak agar usia seseorang dibolehkan tinggal sendiri direndahkan dari 22 tahun menjadi 18 tahun untuk meningkatkan jumlah orang yang bisa mendapatkan dukungan pendanaan. Tapi Goldie  mengatakan desakan itu bukan perbaikan cepat untuk mengatasi tingginya tingkat kemiskinan.

"Pemerintah banyak berbicara soal bagaimana Australia bisa  memiliki sistem pendidikan kelas dunia, yang artinya harus juga melindungi hak pelajar untuk bisa melewati sistem pendidikan  tersebut,” katanya.

ACOSS mengatakan ketersediaan tempat tinggal yang terjangkau merupakan alasan lain yang mempengaruhi kemiskinan dikalangan pelajar.

Menurut Goldie anak-anak muda perlu hidup dalam kondisi stabil dan nyaman agar bisa menyelesaikan pendidikannya. Tapi saat ini kebanyakan mahasiswa hidup di rumah tinggal di bawah standar yang sulit untuk tidur nyenyak di malam hari dan belajar dengan baik.

Sumber:  www.radioaustralia.net.au (15 Juli 2013)

Australia Negara Termahal Bagi Pelajar Internasional



Foto: www.radioaustralia.net.au
Australia kini merupakan negara paling mahal bagi para pelajar internasional dengan rata-rata pengeluaran 38 ribu dollar setahun setara sekitar 380 juta rupiah.

Menurut data Bank BHSC, pengeluaran tahunan pelajar internasional di Australia ini lebih tinggi dibanding di Amerika Serikat yang hanya 35 ribu dollar, dan  Inggris sekitar 30 ribu dollar. Pengeluaran ini mencakup biaya hidup dan sekolah.

Namun, beban keuangan yang lebih tinggi itu agaknya tidak meredam minat siswa untuk belajar di Australia. Negara ini tetap merupakan salah satu negara paling populer bagi para siswa internasional, dengan sekitar 400 ribu pelajar internasional.

Banyak pelajar internasional mendapat tekanan orangtua yang luar biasa, karena orangtua menanggung beban keuangan.

Seorang siswa tata boga komersial, Neal Wang, yang belajar di William Angliss College di Melbourne mengatakan, ia beruntung orangtuanya di China menaggung biaya sekolah dan pemondokannya, tapi dengan pengorbanan. "Orangtua saya menjual sebuah rumah agar dapat mengirim saya ke Australia," katanya kepada ABC.

Pakar ekonomi memperkirakan merosotnya nilai dollar Australia akan membantu mengurangi biaya pendidikan bagi warga asing, sementara HSBC mengatakan adanya kemungkinan nilai dollar turun sebanyak 0,86 dollar dalam caturwulan keempat di tahun 2013.

Para pelajar internasional diizinkan bekerja sebanyak 20 jam seminggu untuk membantu menunjang biaya hidup dan sekolah mereka. Namun beberapa pelajar mengatakan mereka terpaksa bekerja cash-in-hand - atau dibayar kontan, untuk memperbesar pendapatan mereka.

Lain halnya dengan pelajar asal Indonesia, Vebrina Hadi (25), dimana orangtuanya membiayai sekolah, pemondokan dan uang sakunya. Tapi Vebrina mengatakan, bahwa ia merasa malu masih menerima bantuan keuangan dari keluarga.

Orangtua Vebrina di Indonesia membayar uang sekolah putrinya 9.700 dollar per semester dan patungan membayar biaya sewa apartemen sebulannya sebesar 1.500 dollar dengan pelajar lainnya.

Sebelumnya di Indonesia Vebrina telah menyandang gelar sarjana Ilmu Komunikasi, tapi di Australia ia mengejar mimpinya untuk dapat bekerja di sebuah restoran.

Sumber:  www.radioaustralia.net.au (20 Agustus 2013)